Ramadan 2022 kali ini menjadi lebih spesial,sebab Sakha ingin belajar berpuasa hingga magrib. Anak sulung kami ini berusia 6,5 tahun. Sebagai orang tua, kita harus memutar otak agar anak makin bersemangat dalam berpuasa di bulan suci Ramadan ini.
Bulan yang penuh dengan kemuliaan dengan kebaikan banyak dinantikan oleh umat islam. Namun, anak bukanlah orang dewasa versi mini. Pada dasarnya setiap anak dilahirkan dengan fitrah keimanan atau kebaikan dalam dirinya. Tugas wajib sebagai orang tua adalah mengaktivasi atau menumbuhkan fitrah iman tersebut.
Sayangnya, orang dewasa khususnya orang tua kebanyakan menilai anak sholeh itu dari yang tampak saja. Kita terburu-buru menginginkan anak bisa sholat secara tertib, puasa sampai magrib dan menghapal satu qur’an. Padahal yang diingat anak usia dini bukanlah tata cara ibadah, dimana hal itu tuh bisa dilakukan sejalan usianya. Hal yang diingat anak adalah perasaan dan interaksinya dengan orang tua saat melakukan ibadah sehingga ia bisa memahami dengan caranya.
Singkatnya, jika kita ingin menanamkan perasaan menyenangkan pada anak mengenai puasa Ramadan, tentu kita harus kreatif. Terutama di saat bangun sahur, tentu ini tricky. Ya bagaimana tidak, anak usia dini mungkin biasanya bangun jam 5-6 pagi. Kini saat Ramadan ia harus dibangunkan sekitar pukul 3.30 pagi untuk santap sahur.
Inilah cara kami untuk membuat puasa anak menyenangkan sehingga anak semangat beribadah.
Tips Supaya Anak Bersemangat Puasa Ramadan
#1. Jelaskan Konsep dan Makna Puasa Ramadan Secara Seru
Sering saya ditanya, “Mah ngajarin anak puasa kapan?”
Kalau mengajarkan suasana puasa Ramadan bisa kok dari sedini mungkin. Bahkan si kecil yang berusia 2 tahun pun kami sering ceritakan. Bukan berarti harus mengajak anak usia dini langsung berpuasa ya. Kami selalu cerita, “ini bulan Ramadan, mamah, ayah dan mas sakha lagi puasa. Gak makan dan minum, nanti habis magrib kami makan ya Nak.”
Kami mengucapkan itu kalau Hafsah mengajak makan atau minum.
Entah mengerti atau tidak, namun semoga ia paham setiap tahunnya ada ibadah puasa di bulan Ramadan.
Begitu juga ketika si sulung. Penjelasan konsep dan makna puasa Ramadan semakin meningkat sesuai tingkatan usianya. Kami menjelaskan dengan buku cerita, video animasi, cerita-cerita sebelum tidur dan sebagainya. Tujuannya agar dia paham, mencintai dan menyukai bulan yang penuh berkah ini. Bukan sekadar ritual ibadah tidak makan dan minum saja.
#2. Ceritakan Pengalaman Puasa Dahulu
Salah satu cara mendekatkan diri dengan anak adalah dengan cerita. Saya dan suami sering menceritakan kejadian yang bisa diambil hikmah yang kami alami pada anak. Tujuannya adalah agar anak paham dahulu kami pun mengalami ini.
Ketika bercerita atau berkomunikasi pada anak, ada beberapa tips yang bisa teman-teman gunakan agar kedekatan dan pesan yang kita inginkan tersampaikan.
Pertama ungkapkan emosi dengan cara yang tepat, misalnya ketika hari pertama anak kurang bersemangat sahur. Janganlah kita marah. Karena tapa disadari orang tua sering mengungkapkan emosi dengan cara yang salah. Bila cemas diungkapkan dengan marah, bila sedih diungkapkan juga dengan marah.
Saya biasanya bicarakan,”Sakha, mamah khawatir kalau sakha bangunnya kesiangan makan sahur jadi terburu-buru. Apalagi adzan subuh jam 4.40. Yuk bangun yuk!”
Yang kedua fokus pada hal yang baik pada diri anak, mari kita mencoba menerima yang sedikit dari anak dan fokus pada hal baik yang mereka miliki.
Yang ketiga gunakan pilihan untuk mencapai tujuan, salah satu cara untuk bicara dengan anak adalah dengan menggunakan pilihan. “Sakha mau makan sahurnya pakai telur atau ayam?”
Tujuannya pun sama yaitu si sulung agar bangun dan makan sahur. Jadi jangan sekali-kali menggunakan kata “Mas, mau bangun sahur ga?” nanti jawabannya bisa “enggak!”
#3. Menanamkan Rasa Bangga Atas Prosesnya
Agar anak dapat menikmati Ramadan, fokuslah pada prosesnya. Jangan terpaku pada buku kegiatan Ramadan, traker ibadah dan ceklis semata. Sejatinya anak butuh pengakuan, obrolan ringan mendalam agar kita dapat menanmkan kebaikan pada alam bawah sadarnya. Sering sekali kita hanya terpaku pada penuhnya ceklis pada traker, seberapa banyak puasa anak yang berhasil ketimbang proses dan perasaan mereka menghadapinya.
Dua hari yang lalu, saat berbuka di hari pertama Ramadan, kami bertanya pada Sakha : “Bagaimana rasanya mas? Enak ya berbuka?”
“Iya Mah, enak alhamdulillah.”
“ternyata kuat ya mas sakha? Mamah sama Ayah selalu doain Sakha. Mamah sama Ayah bangga sama Sakha sudah berusaha, Allah pasti tambah sayang dan senang dengan usaha Sakha.”
Saat memuji anak baiknya kita utarakan kenapa dia harus mencapai suatu sifat itu. Jangan hanya hebat atau keren ya. Apalagi sambil mengingat-ingat kesalahan anak yang lalu.
Seketika saya takjub dengan satu kalimat yang diucapkan anak saya sebelum tidur, masyaAllah. “Mamah, ternyata enak ya puasa sampai magrib.”
langsung saya peluk dia sebelum tidur, sambil memuji dengan kalimat Allah, Alhamdulillah…Alhamdulillah.
“Mas, besok pasti Sakha ngerasa haus dan lapar juga.Sakha pasti bisa diberi kemudahan sama Allah, berusaha lagi ya besok.” *sambil ngajak tos.
Dengan mengajarkan proses itu berharga, anak akan menghargai setiap proses yang didapati. Bukan hanya sekadar hasil di akhir. Insya Allah, anak akan lebih percaya diri dan ini bekal mental yang penting untuk kehidupannya nanti.
#4. Support dari Guru dan Keluarga Besar
Usia anak di atas 5 tahun juga perlu dukungan tidak hanya dari orang tua. Apalagi usia TK seperti anak sulung saya. Saya memberitahu kepada gurunya bahwa Sakha hari pertama berusaha untuk puasa sampai magrib. Saya meminta ibu guru TK Sakha ini untuk memberikan dukungan semangat agar Sakha terus berusaha lewat voicenote.
Sama dengan Omahnya, saya pun diam-diam meminta mereka untuk menyemangati Sakha untuk berpuasa. Saya benar-benar merasa bahwa internet menyatukan keluarga meski berjarak geografis jauh.
#5. Ragam Aktivitas Ramadan
Beberapa ragam buku aktivitas khusus Ramadan juga kami persiapkan. Ada story dan activity book, seperti menempel sticker, menghitung, mewarnai dan lainnya. Beberapa saya dapatkan dari toko online yang random saya cari beberapa hari sebelum Ramadan. Ada juga aktivitas kelas Ramadan yang saya daftarkan, kelas ini sebetulnya dikerjakan bersama orang tua. Di kelas Ramadan ini kami diberi banyak ide berkegiatan bersama anak. Ada juga kelas zoom mengaji yang bisa diikuti. Kelasnya juga tidak hanya mengaji, ada juga membacakan cerita, nonton kisah teladan bersama dan kreativitas sederhana bersama ustadzah. Saya pribadi sangat terbantu dengan ragam kelas aktivitas seperti ini.
#6. Ngabuburit Bersama Anak
Salah satu yang paling menyenangkan saat bulan Ramadan adalah menunggu adzan magrib. Sebagai ibu memang kita harus berkutat saat membuat ragam takjil berbuka mulai dari minuman menyegarkan hingga gorengan. Namun, kita bisa loh sesekali membelinya di luar sana. Tentu perhatikan lokasi penjualnya, usahakan tidak membeli yang benar-benar di pinggir jalan karena khawatir debu-debu dari asap kendaraan bermotor memberi kontaminasi. Sesekali ajak anak untuk membeli panganan buka puasanya di luar, sekalian ngabuburit atau jalan-jalan menjelang waktu berbuka. Kita bisa jalan-jalan ke taman terdekat atau sekadar mengitari jalan-jalan besar. Hari kedua kemarin, ketika Sakha mengeluh karena haus seketika suami mengajaknya untuk ngabuburit naik motor. Tanpa terasa setengah jam berlalu, ternyata Sakha tetap bersemangat setelah ngabuburit dan lupa dengan hausnya tadi!
#7. Beri Pujian Efektif!
Penghargaan juga kita harus sematkan pada anak yang berhasil bangun sahur dengan semangat dan tidak rewel. Mari coba untuk memberinya pujian efektif atas keberhasilan tersebut. Dengan memuji perilaku, usaha dan sikapnya bukan karakteristiknya. Nyatakan konsekuensi positif dan kalimat yang sederhana. Misalnya dengan mengucapkan “wah, bagus seklai kakak sudah bangun sahur tanpa menangis. Mamah bahagia karena Sakha sudah berusaha, Allah pasti tambah sayang kepada orang bangun sahur.”
Nah, salah satu menu yang praktis dan sumber protein bagi keluarga adalah telur ayam. Kali ini, kami baru mencoba menu baru yang bernama Crolette. Crolette ini cocok banget disantap sebagai panganan sahur ataupun berbuka.
#8. Ajak Anak Terlibat dalam Menyiapkan Santap Sahur atau Berbuka
Untuk anak berusia di atas 5 tahun, kita bisa melibatkannya untuk menyiapkan menu santap sahur atau berbuka. Minimal mulai tanya lauk apa yang ia inginkan, lalu ajak anak mengaduk sup yang sedang kita masak atau sekadar mencuci sayuran dan buah untuk dihidangkan di meja makan.
Mulai dari merancang menu, dan mengeksekusinya. Sehingga anak akan merasa dilibatkan dan antusias dalam Ramadan ini.
Kita bisa juga membuat aktivitas sahur yang seru agar sahur anak bersemangat. Kita bisa tawarkan tontonan favoritnya atau membaca buku cerita, saat makan sahur hingga sambil menunggu azan Subuh.
3 Comments. Leave new
selamat ya mbakk…tulisannya bagus bangeet ^_^
selamat ya mbakk…tulisannya bagus bangeet, layak jadi pemenang ^_^
masyaAllah, terima kasih mbak puji..salam kenal